2 Doaku. Ya allah. Ketika aku mencintai seseorang, jadikan cinta itu seperti butiran embun pagi yang menyejukan wajahku. Sesejuk air wudhu, sehingga aku tak pernah lupa menyembah-Mu. Ketika aku mengagumi seseorang, jadikan orang itu panutan langkahku, Agar ku tetap lurus berjalan di jalan-Mu. Dalam Doaku Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, yang bersijingkat di jalan kecil itu menyusup di celah-celah jendela dan pintu dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku Sapardi Djoko Damono Puisi karya Sapardi ini menggambarkan pergantian waktu dari terbitnya fajar subuh hingga senja hari magrib. Puisi ini menggambarkan seorang pemeluk agama Islam yang beribadah di subuh hari, siang hari, petang hari, dan senja hari. Kata yang digunakan untuk mewakili istilah beribadah adalah dalam doaku. Dan Sapardi memang benar-benar pintar dalam meilih kata-kata hingga puisi ini bersifat universal, bisa dibaca oleh siapa pun dengan latar agama selain Islam. Namun bagi pembaca yang beragama Islam tentu saja langsung akan tertuju dengan istilah sholat, yang juga adalah ritual berdoa kepada Allah dengan waktu yang telah ditentukan pelaksanaannya. Dalam agama Islam istilah beribadah itu adalah sholat sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya’. Pada bait pertama adalah penggambaran suasana subuh. Dimana si aku khusyuk berdoa di tengah suasana subuh yang masih hening, sepi, dengan langit yang bersih, membentang luas, dan siap menerima sinar matahari pertama kali. Si aku begitu takjub akan kebesaran Sang Pencipta dan Yang Maha Memiliki langit di waktu subuh. Dalam bait kedua menggambarkan waktu siang hari, waktu dzuhur Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,…. Si aku merasakan Sang Khalik begitu dekat dengannya, seakan-akan Ia menjelma pucuk-pucuk cemara yang selalu hijau. Angin yang mendesau memberikan kesejukan di tengah hari yang biasanya begitu panas, namun dengan adanya pucuk-pucuk cemara yang hijau seakan-akan semuanya menjadi segar dan sejuk. Pada bait berikutnya adalah gambaran suasana sore hari yang sedang gerimis. Angin yang mendesau di siang hari ternyata menandakan suasana yang hendak hujan. Si aku kembali berdoa di sore hari dan melihat ada seekor burung gereja yang hinggap di ranting pohon jambu. Burung gereja itu kehujanan di tengah gerimis dan tampak gelisah lalu hinggap di dahan mangga. Burung gereja diibaratkan hidayah dari Allah oleh si aku. Ia hinggap dimana pun ia mau, begitu juga dengan hidayah akan turun kepada manusia yang berusaha dan Allah menghendakinya. Kemudian pada bait terakhir adalah suasana di senja hari, waktu magrib, dan si aku kembali berdoa. Si aku merasa Sang Khalik begitu dekat dengannya dengan menjelma menjadi angin yang turun sangat perlahan, yang bersijingkat dan menyusup di celah-celah jendela dan pintu yang kemudian menyentuh dahi dan bulu mata serta rambut si aku. Kita membayangkan mungkin saja si aku sedang bersujud. Suasana yang hening dan damai membuat si kau dapat merasakan perjalanan angin menuju ke arahnya. Angin yang merupakan berkah dari Allah. Puisi Sapardi ini mengingatkan kita akan pentingnya waktu. Waktu yang tidak kita gunakan sebaik-baiknya untuk kegiatan yang berguna atau beribadah kepada-Nya akan menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan apapun. Kita akan menjadi orang yang merugi. Masalah waktu memang sangat penting dalam agama Islam, waktu adalah pedang, jika kita tidak pandai menggunakannya maka waktu itu akan melukai kita. Dalam Islam waktu beribadah yang wajib sudah ditentukan yaitu sholat. Di luar itu umat Islam bisa menggunakannya untuk ibadah yang lain dan amalan sholeh lainnya. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Asr1-3. ā€œDemi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.ā€ Yang dimaksud orang-orang beriman dalam agama Islam diantaranya adalah orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya, seperti yang termaktub dalam Q. S. Al-Mu’minun1-6. ā€œSungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sholatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, dan orang yang menuanikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluaannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki , maka sesungguhnya mereka tidak tercela.ā€ Begitu dalam makna puisi karya Sapardi, sebuah pencapaian seorang hamba yang tekun beribadah kepada Sang Khalik menemukan kedamaian dan kekhusyukan. Bila kita analisis unsur-unsur intrinsiknya satu persatu maka akan kita temukan permainan bunyi yang memakau pembaca. Coba perhatikan larik demi larik puisi tersebut, pasti terdapat permainan bunyi yang menarik. Dalam bait pertama misalnya dapat kita temukan paduan vokal a dan u. Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Paduan vokal a dan u ini menimbulkan suasana yang gembira namun tetap khusyuk. Begitu juga yang terdapat pada bait kedua, adanya paduan vokal a dan u Irama yang ada dalam puisi ini juga menarik karena adanya perulangan bunyi yang berturut-turut dan bervariasi, diantaranya sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Seperti yang disebutkan di atas bahwa puisi ini didominasi asonansi a dan u. Aliterasi yang ada dalam puisi ini tampak jelas pada bait kedua dan ketiga. Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Aliterasi /ng/ dan /n/ tampak jelas dalam bait puisi di atas. Dengan adanya aliterasi ini menimbulkan irama yang benar-benar membuat pembaca tidak bosan untuk terus melanjutkan membaca puisi ini. Sedangkan sajak yang paling banyak ada dalam puisi ini adalah sajak mutlak. Rima identik juga menghiasi puisi ini, yaitu antara bait pertama dan ketiga. Majas metafora banyak digunakan dalam puisi ini. Menjelma langit, menjelma pucuk-pucuk cemara, menjelma seekor burung gereja, dan menjelma angin. Majas personifikasi juga ada dalam puisi ini. …kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Dalam bait kedua, ketiga, dan keempat pun terdapat majas personifikasi. Pilihan kata yang digunakan oleh Sapardi adalah kata-kata yang sudah kita kenal. Sangat sederhana memang dalam pilihan kata yang dipakai tapi dengan diksi yang sederhana mampu menciptakan suasana yang bersahaja dan mampu membuat pembaca hanyut ke dalam puisi ini. Penggambaran waktu subuh yang damai dengan menggunakan kata langit yang semalaman yang tak memejamkan mata yang meluas bening….. Begitu juga dengan penggambaran waktu siang hari matahari yang mengambang tenang di atas kepala…. Gaya bahasa Sapardi banyak repetisi sehingga tampak memperjelas maksud yang ingin disampaikannya. Dalam satu bait banyak terulang kata-kata yang sama namun dengan hal tersebut mampu menggambarkan suatu keadaan kepada pembaca. Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, yang bersijingkat di jalan kecil itu menyusup di celah-celah jendela dan pintu dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku Bentuk tipografi puisi yang dipakai oleh Sapardi pun turut menyumbang dukungan terhadap kesatuan puisi ini. Setiap penggambaran waktu yang berbeda, ditulis dalam bait baru sedangkan baris di bawahnya ditulis menjorok menggantung ke dalam seolah-olah memberi penekanan pada awal bait di baris pertama begitu istimewa. Pengimajian juga begitu kuat dalam puisi ini. Pembaca seakan-akan merasakan apa yang dirasakan oleh si aku dalam doanya. Citraan perasaanlah yang mendominasi dalam puisi ini dan hampir tiap bait terdapat citraan ini. Citraan perabaan terdapat pada bait keempat menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku. Citraan penglihatan tampak pada bait pertama, kedua, dan ketiga. Semua unsur-unsur intrinsik itu telah berhasil menghasilkan sebuah puisi yang bersahaja dalam pilihan katanya dan maknanya. Disarikan dari Tags Puisi, Sapardi Djoko Damono, SDD
Cintaini bukan dari mata Tetapi surga yang telah menentukannya Aku tulus mencintaimu Ku tak berharap kau membalas cintaku Ku persembahkan cinta sejatiku hanya untukmu Hingga suatu saat Tuhan ā€˜kan memanggilku Puisi Terima Kasih Sayang Di keheningan malam ini aku tak dapat tidur Terdengar derap langkah dalam hati ini

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. makan malam ku, ketam sepasang capit yang menghadang gigi gigiku untuk meraih tualang rasa. yang bersembunyi dalam malam, ketam kupilih ia menatapku hangat hangat. entah hendak mengutukiku atau justru mengucap, "selamat makan. jalanku sudah tak miring lagi, bukan?"aku mengangguk. entah bersetuju atau malah hendak lekas lekas melepas cangkang. lalu meraih balutan daging putih. ke dalam mulutku yang ramai doa makan. Toboali, 2 Juni 2022 Lihat Puisi Selengkapnya

OPINI Lembaga Pendidikan merupakan sebuah institusi atau tempat dimana proses pendidikan atau belajar-mengajar berlangsun Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. BANYAK DOA DI MALAM INIMalam ini begitu banyak doa-doaBerjatuhan dalam dada, dalam kepalaAku hampir kewalahanMencari wadah untuk tampunganTetapi dengan sepenuh yakinKesemuanya tengah menanti aminDari Tuhan ...Yang Maha MengabulkanSumedang, 8 Juni 2023 Lihat Puisi Selengkapnya Berikutini merupakan contoh puisi untuk pembelajaran anak SD. Puisi anak SD memiliki ciri bahasa yang sederhana, singkat, dan mudah dimengerti. Doaku untuk Ibu. Semoga Tuhan menyayangi. Ibuku yang yang rendah hati. Malam indah karena rembulan. Langit indah karena bintang gemintang. Di hatiku indah karena ilmu. Yang diberikan oleh guru Kala ku lihat jam pukul tigaTak terasa sudah lama aku berdoaYa, do'a yang selalu ku kirimkan untukmu di sepertiga malamAku tak pernah melewatkannyaTak ada yang tak bisa untuk-NyaSemua bisa terjadi atas seizin-NyaYa, termasuk membolak-balikkan hati manusiaAkankah Tuhan mengabulkan doaku? Aku tak tahuHanya harapan itu selalu adaSekecil apa pun itu selalu ku nantiSemoga kau tahu isi hati kuAku selalu menunggu kepulanganmu di setiap malam yang panjang ini Baca Juga [PUISI] Tentang Puisi IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. HomeĀ» Puisi Ā» KU ANTAR MALAM KU ANTAR MALAM. By Mhyron Thapshec Juli 25, 2017 . Aku tak mau berlari mengantar malam. Walau hidup ini kelam. Ku berselingkuh dengan kelam malam. Ku ingin merobek-robek hakikat malam. Biar mereka tau akulah penabur kisah. Biar mereka tau akulah cerita tentang kisah. DOAKU UNTUKMU SAHABAT. Sapardi Djoko Damono Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu
wangimusungguh masih malam yang basah tak ingin ku bacakan puisi, karna paling puisi adalah wangimu jangan kau biarkan doa memandang bulan sendirian karna antara mata dan doa KAMU adalah mata doaku. Diposting oleh Aura Pagi di 16.12 Tidak ada komentar: Tatapanmu jatuh di pangkal malam ini masih berjubah sepi yang genang, memintal wajah
15. ā€œDalam Doakuā€ Karya puisi Sapardi Djoko Damono ini merupakan salah stu puisi terkenal yang masuk dalam antologi ā€œHujan Bulan Juniā€. Puisi ini menceritakan tentang rasa cinta seseorang untuk orang yang paling dicintainya sehingga tak henti mendoakannya dalam setiap waktu. Berikut adalah puisi ā€œDalam Doakuā€ seutuhnya DALAM DOAKU dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara hijau senantiasa, yang tak henti-henti mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan mengugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh- nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bu- lu mataku dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu 1989 Sapardi Djoko Damono 2016109 Karya ilustrasi ini menggambarkan pergantian waktu dari terbitnya fajar subuh hingga malam hari isya. Penggambaran ilustrasi ini memvisualisasikan tentang kegiatan beribadah yang dilakukan oleh pemeluk agama Islam yang beribadah dari subuh, siang hari, senja hingga malam hari. .Berikut adalah ilustrasi puisi ā€œDalam Doakuā€ seutuhnya Gambar 61 Judul Karya ā€œDalam Doakuā€, cat acrylic diatas kanvas dengan diameter 40 cm, 2017 sumber dokumentasi pribadi Pemilihan kata yang digunakan untuk mewakilkan istilah beribadah menjadi judul ā€œDalam Doakuā€ dirasakan memiliki makna yang universal sehingga makna puisi ini bisa mencakup pemeluk agama manapun. Untuk seorang pemeluk agama Islam akan langsung menghubungkan dengan istilah Sholat, ataupun kegiatan beribadah dan berdoa kepada Alloh dengan waktu yang terdiri dari lima waktu yaitu, subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya’. Visualisasi karya ilustrasi ini menggunakan teknik opaque pada bagian background dan bidang-bidang yang besar dengan kuas berukuran 6,7, dan 8. Sedangkan untuk bagian yang kecil dan untuk menditail ilustrasi menggunakan kuas dengan ukuran 000, 0, 1,2,3, dan 4. Dalam ilustrasi ini terdapat dua telapak tangan yang menengadah keatas seolah sedang berdoa sebagai center of interest. Dua objek tangan ini menggambarkan makna tentang doa dan permohonan kepada Sang Pencipta. Objek tangan ini dikelilingi oleh lima lingkaran yang masing- masing berisi lima objek yang berbeda. Lingkaran pertama berada diatas menggambarkan suasana subuh yang dipantulkan oleh kornea mata, dimana si aku dalam puisinya dijelaskan tengan khusyuk berdoa ditengan suasana subuh yang masih sunyi, sepi dan langit bersih membentang luas siap menerima cahaya pertama dari matahari. Seperti yang disebutkan pada lariknya yang berbunyi ā€œdalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama.. ā€œ. Objek lingkaran pertama sebagai kornea mata yang memantulkan langit subuh dengan sedikit pendaran cahaya matahari, menggambarkan bahwa si aku ini begitu takjub atas keagungan Sang Pencipta yang memiliki langit waktu subuh sehingga memenuhi seluruh padangannya akan keindahan dan menyadari bahwa tuhan tak pernah tidur mendengar doa-doa hamba-Nya. Warna dominan pada objek lingkaran pertama didominasi warna biru tua menggambarkan langit dan kuning sedikit jingga yang menggambarkan warna dari cahaya matahari. Objek lingkaran kedua menggambarkan waktu siang hari yang dalam agama islam adalah masuk dalam waktu sholat dzuhur dimana waktu saat matahari berada diatas kepala. Dalam ilustrasi kedua ini menggambarkan pucuk pohon yang bergoyang terkena angin dan tetap berdiri dan memberikan kesejukan ditengah panasnya terik matahari. Seperti yang dijelaskan pada lariknya yang berbunyiā€ dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara hijau senantiasa, yang tak henti- henti mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari manaā€. Seolah mengingatkan bahwa Tuhan akan selalu berada disamping kita melalui keberadaannya disekitar kita. Warna yang dominan pada objek lingkaran kedua ini adalah warna hijau tua menggambarkan pucuk pohon cemara dan warna biru muda serta kuning untuk menggambarkan langit di siang hari dengan terik sinar matahari. Irama rhytm dimunculkan melalui pergerakan pucuk cemara. Warna kuning dan biru pada langit memunculkan kontras contras antara warna dingin dari biru muda dan warna panas dari kuning. Pada objek lingkaran yang ketiga adalah sholat ashar yang digambarkan dengan suasana pada sore hari dengan seekor burung sebagai objek utama. Burung dalam ilustrasi ini digambarkan tengah mengepak-ngepakkan sayapnya dilangit sore dengan gelisah dengan gestur kepala menyamping. Dalam ilustrasi ini burung diibaratkan sebagai hidayah yang diturunkan Tuhan kepada manusia yang berusaha bisa dimana saja kecuali Tuhan yang menghendaki. Seperti yang dijelaskan pada bait puisinya yaitu ā€...kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas- ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan mengugurkan bulu- bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap.. ā€. Pada ilustrasi objek ke empat menggabarkan wajah seorang wanita dengan wajah teduh menutup kedua matanya. Objek wanita ini menggambarkan diri ilustrator, yang divisualisasikan menutup mata merasakan bahwa Sang Pencipta telah semakin dekat sehingga dapat dirasakan melalui desiran angin yang perlahan membelai setiap inci wajah dan rambutnya. Suasana hening dan damai ini digambarkan dengan gestur wajah yang tenang menutup kedua matanya. Seperti yang digambarkan melalui lariknya yang berbunyiā€œ....kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh- nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bu lu matakuā€. Tekstur dimunculkan melalui garis-garis dengan teknik aquarel. Gerakan yang muncul dari goreasan kuas detail ukuran 0, dan 000 pada bagian rambut menampilkan unsur irama rhytm. Pemberian warna kuning dan biru pada kulit dan rambut wajah wanita memunculkan kesatuan unity antara objek satu dan lainnya. Untuk objek lingkaran terakhir menggambarkan suasana malam hari, yaitu sholat isya’ atau sholat malam. Dalam ilustrasi ini diibaratkan layaknya sebuah jantung yang berbentuk seperti langit malam dengan dominan warna hitam yang penuh bintang. Penggambaran jantung ini menekankan bahwa Tuhan selalu ada dan sangat dekat dengan kita bahkan diibiratkan setiap denyut jantung manusia layaknya hitungan dzikir memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. Jantung juga dihubungkan dengan seberapa dekat kita akan kematian. Seperti yang dijelaskan pada lariknya yang berbunyiā€œdalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku ā€. 116 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Visualisasi antologi ā€œHujan Bulan Juniā€ karya Sapardi Djoko Damono dalam karya ilustrasi vignette bergaya Surealisme ini bertujuan untuk menggambarkan secara visual 15 karya puisi dalam antologi ā€œHujan Bulan Juniā€, sehingga mampu menggambarkan makna puisi dengan lebih menarik dan imajinatif. Hal ini juga merupakan sarana kreasi dari ilustrator sekaligus sebagai penikmat karya sastra. Berdasarkan analisis data mengenai visualisaisi karya ilustrasi antologi ā€œHujan Bulan Juniā€ dapat dijabarkan sebagai berikut 1. Konsep ilustrasi puisi dalam antologi ā€œHujan Bulan Juniā€ ini adalah mentransformasikan puisi menjadi bentuk visual hasil dari interpretasi. Ilustrasi digambarkan secara simbolik dengan mengambil unsur metafora dan personifikasi pada puisi, yang digambarkan melalui bentuk ilustrasi vignette menggunakan pendekatan secara surealisme murni dimana dalam penciptaannya karya ilustrasi ini menggunakan teknik aquarel dan teknik opaque untuk menciptakan visualisasi yang terkesan seperti dalam dunia khayalan dan imajinatif. Warna yang dihadirkan dalam ilustrasi ini banyak menggunakan warna temaram dan beberapa perpaduan warna kontras yaitu perpaduan antara warna panas dan dingin yang cenderung lebih gelap.

Rinduini telah menjelma api, membakar bait-bait puisi; menikam jantung yang maha sunyi. _____ Kutasbihkan namamu dalam doa-doaku, agar segala kesakitanku selalu memaafkanmu. Untuk satu tetes airmata, cinta membutuhkan ribuan doa sepanjang hidupnya. Aku percaya pada kata-kata, aku percaya pada puisi.

Dalam Doaku dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan pohon mangga itu maghrib ini di dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu 1989 analisis yang terinspirasi dari kamu sejukku. Kau selalu didalam doaku Bela Yusti Suryani K-PBSI 2012 Universitas negeri Yogyakarta Unsur Leksikal dalam puisi ā€œDalam Doakuā€ Pilihan kata yang terdapat dalam puisi ā€œDalam Doakuā€ karya Sapardi Djoko Damaono meliputi Kata-kata yang digunakan sebagian besar merupakan kata-kata yang sederhana dan sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga jika dilihat kata per kata kita mengerti maknanya. Hanya ada beberapa kata saja yang sulit atau jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam puisi ini yaitu penggunaan kata muskil, mendesau, nun, bersijingkat, dan bersitahan. Sapardi lebih memilih kata muskil untuk menunjukkan sesuatu yang sukar, sulit, maupun pelik; Menurut KBBI offline desau berarti suara dedaunan yang tertimpa gerimis atau memilih kata mendesau untuk menggambarkan suara yang angin yang berhembus perlahan namun memiliki suara seperti dedaunan yang tertimpa hujan. Nun digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang jauh disana dan digunakan oleh Sapardi untuk menunjuk dan mempertegas pada hal yang benar-benar jauh darinya. Kata itu terdapat pada baris ā€œKau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disanaā€. Kata bersijingkat tidak ada dalam KBBI. Yang ada adalah berjingkat’ dengan kata dasar jingkat’ yang berarti berjalan dengan ujung jari kaki. Akan tetapi disini Sapardi memberikan sisipan si’ didalamnya untuk memberikan efek estetis pada bunyi yang akan dihasilkan kata tersebut. Bersitahan sama halnya dengan bersijingkat, yang ada dalam kamus adalah bertahan’ dengan kata dasar tahan yang berarti tetap pada tempatnya atau tidak beranjak. Oleh Sapardi kata ini juga diberi sisipan si’ dengan maksud memperindah bunyi. Dalam puisi ini Sapardi menggunakan kata-kata yang menggambarkan waktu dan hadir hampir disemua baitnya. Kata-kata tersebut adalah subuh, sore, maghrib, dan malam. Sedangkan untuk siang Sapardi tidak langsung menunjuknya dengan kata siang melainkan melalui sebuah baris yang berbunyi ketika matahari mengambang tenang diatas kepala’. Kalimat tersebut merujuk pada waktu matahari sedang tepat diatas kepala kita dan itu adalah siang hari. Selain itu banyak dipakai kata-kata yang berkaitan dengan alam dan kata-kata yang memberikan efek meditasi atau efek perenungan seperti langit, cahaya, malam, matahari, angin, gerimis, Kata-kata benda sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari suara-suara, bulu bunga jambu, pucuk-pucuk cemara, ranting, pohin mangga, jendela, pintu, pipi, bibir, rambut, dahi, bulu-bulu mataku Kata-kata berefek meditasi, perenungan, maupun sakral dalam doaku, bening, hening, hijau, mendesau, muskil, burung gereja, gelisah, menjelma, denyut jantung, rasa sakit, No Jenis Kata Contoh Jumlah Kata Prosentase 1 Kata Benda Doaku, ranting, angin 54 33,33% 2 Kata Kerja Menjelma, bersijingkat 29 17,90% 3 Kata Sifat Gelisah, muskil 9 5,55% 4 Kata bilangan Seekor, pertama 2 1,23% 5 Kata tugas Yang, di, kepada 40 24,7% 6 Kata Ganti Ini, itu, kau, aku, 15 9,25% 7 Kata Keterangan Tiba-tiba, sangat, entah 13 8,02% jumlah 162 100% Rima Asonansi pengulangan vokal Secara umum asonansi yang ada menunjukkan banyaknya pengulangan bunyi vokal a’. Di bait pertama dan kedua, 80% vokal yang dipakai adalah a’ pada akhir kata, baru diikuti bunyi vokal u’ dan i’. Dibait-bait selanjutnya prosentase bunyi vokal a’, i’, dan u’ berimbang dan acak sehingga asonansi menunjukkan ketidak teraturannya. Dari keenam bait puisi ini, lima bait didominasi bunyi vokal a’ sedangkan bait terakhir atau bait keenam yang lebih dominan bunyinya adalah vokal u’. Aliterasi pengulangan konsonan Mayoritas konsonan yang diulang adalah konsonan d, k, m, n, y yang menimbulkan efek penegasan. Kata atau kalimat dalam puisi ini yang menggambarkan keseluruhan isi puisi adalah bait terakhir dari puisi ini yang berbunyi aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu Dalam bait diatas kalimat aku mencintaimu’ merupakan kesimpulan perasaan penyair dari sanjungan-sanjungannya pada apa atau siapa yang disebut kau’ oleh penyair. Sanjungan-sanjungan itu dicerminkan dalam segala hal yang jernih, yang sejuk, yang indah, yang manja atau manis, dan yang kuat di kelima bait diatasnya. Kalimat itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan kesalamatanmu’. Penyair mengatakan tak pernah selesai karena di lima bait diatas dikatakan dari subuh, siang, sore, magrib, hingga malam dan nanti akan kembali ke pagi atau subuh lagi dalam setiap doa-doa si penyair selalu ada doa untuk yang ia sebut kau’ atau mu’ yang merujuk pada orang yang dicintainya. Dan doa yang selalu dipanjatkan untuk orang yang dicintainya dalam doa-doa si penyair adalah doa keselamatan. Unsur Grammatikal Secara kompleksitas kalimat, puisi Dalam Doaku’ ini mempunyai stuktur kalimat yang panjang, kompleks, serta selalu didahului dengan klausa keterangan waktu. Struktur kalimat yang panjang dan kompleks diperlihatkan oleh tiap bait yang merupakan satu rangkaian kalimat yang terdiri antara tiga hingga empat klausa panjang yang merupakan kalimat majemuk bertingkat. Selain itu setiap bait awal kalimat selalu didahului keterangan waktu dan kemudian baru diikuti subjek. Contoh pada bait pertama dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman keterangan S P O tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Bait tersebut terdiri dari kalimat majemuk bertingkat dimana didalam objek kalimat induk terdapat tiga klausa objek. Selain itu keterkaitan antarkalimat yang dalam konteks puisi ini juga bisa dikatakan antarbait adalah dalam setiap kalimat induk terdapat keterangan dalam doaku dengan berbagai variasainya serta tiap bait menggambarkan alur rangkaian waktu melalui diksi yang dipilih yaitu subuh, ketika matahari mengambang tenang di atas kepala siang hari, sore, maghrib, serta malam. Jenis kalimat yang ada sebagian besar adalah kalimat mayor karena memiliki inti atau pusat kalimat dua atau lebih. Dalam puisi ini justru tidak ditemui kalimat-kalimat minor yang biasanya terdapat dalam puisi kebanyakan. Selain itu mayoritas adalah kalimat aktif yang ditunjukkan oleh kata kerja-kata kerja berawalan me-. Sarana retoris Sebagian besar permajasan yang ada adalah majas Alegori. Alegori adalah suatu majas untuk menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan, atau penggambaran. Yang dilukiskan dalam puisi ini adalah sosok kau’ yang dicintai oleh si penyair, dimana sosok tersebut menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara’ atau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku’. Majas ini ada dibait pertama hingga ke lima. Majas sintesa ungkapan rasa suatu indra yang diungkapkan dengan indra lain menerima cahaya pertama è seharusnya indra penglihatan menerima suara-suara è seharusnya indra pendengaran Majas Depersonifikasi menjadikan persona sebagai benda tak bernyawa dan Personifikasi Perilaku manusia yang diterapkan bukan pada manusia kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana, bersisjingkat di jalan kecil itu, menyusup diselah-selah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Majas repetisi diungkapkan dalam frasa dalam doaku’ yang selalu muncul ditiap bait. Majas Pleonasme menyatakan suatu hal dua kali agar lebih jelas, tetapi yang pertama adalah penyimpul kedua terdapat dalam bait terkhir yaitu aku mencintaimu itu sebabnya kau takkan pernah selesai mendoakan kes’lamatanmu’. Citraan penglihatan menjelma Citraan pendengaran mendesau, bernyanyi Citraan taktil oleh indra peraba menyentuh-nyentuhkan, bersitahan Citraan gerak menerima, memejamkan, mengambang, mengibas-ngibaskan, hinggap, menggugurkan, turun,bersijingkat, menyusup, Repetisi yang dilakukan dalam tiap bait yaitu frasa dalam doaku’, kata menjelma, kata yang, kata ini, kata kau dalam tiap bait puisi ini.
.
  • 17hzfizvdb.pages.dev/310
  • 17hzfizvdb.pages.dev/167
  • 17hzfizvdb.pages.dev/98
  • 17hzfizvdb.pages.dev/203
  • 17hzfizvdb.pages.dev/253
  • 17hzfizvdb.pages.dev/83
  • 17hzfizvdb.pages.dev/146
  • 17hzfizvdb.pages.dev/105
  • 17hzfizvdb.pages.dev/188
  • puisi doaku malam ini